Kamis, 02 Juni 2011

Sekolah Binatang

Syahdan, terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit&bumi. Kabar itu berasal dari dunia binatang. Menurut cerita, para binatang besar ingin membuat sekolah utk para binatang kecil. Mereka, para binatang besar itu, berencana menciptakan sebuah sekolah yg di dalamnya akan diajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang dan menggali.


Anehnya, mrk tdk dpt mengambil kata sepakat ttg subjek mana yg paling penting. Mrk akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti seluruh mata pelajaran yg diajarkan. Jadi, setiap murid harus mengikuti mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang dan menggali.


Sekolah pun dibuka dan menerima murid dari pelbagai pelosok hutan. Pada saat-saat awal dikabarkan bahwa sekolah berjalan lancar. Seluruh murid dan pengajar di sekolah itu menikmati segala kebaruan dan keceriaan. Hingga tibalah pada suatu hari yg mengubah keaadaan sekolah itu.


Tersebutlah salahsatu murid bernama Kelinci. Kelinci jelas adalah binatang yg piawai berlari. Ketika mengikuti kelas berenang, Kelinci ini hampir tenggelam. Pengalaman mengikuti kelas berenang ternyata mengguncang batinnya. Lantaran sibuk mengurusi pelajaran berenang, si Kelinci ini pun tak pernah lagi dapat berlari secepat sebelumnya.


Setelah kasus yg menimpa Kelinci, ada kejadian lain yg cukup memusingkan pengelola sekolah. Ini melanda murid lain bernama Elang. Elang, jelas, sangat pandai terbang. Namun, ketika mengikuti kelas menggali, si Elang ini tidak mampu menjalankan tugas2 yg diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun harus mengikuti les perbaikan menggali. Les itu ternyata menyita waktunya sehingga ia pun melupakan cara terbang yg sebelumnya sangat dikuasainya.


Demikianlah, kesulitan demi kesulitan ternyata melanda juga ke diri binatang2 lain, seperti bebek, burung pipit, bunglon, ular dan binatang kecil lain. Para binatang kecil itu tidak mempunyai kesempatan lagi utk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing2. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.


(taken from Sekolah Para Juara by Thomas Armstrong)

Tidak ada komentar: